Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Guru Inovatif untuk Generasi Solutif

Peran-GuruInovatif.id-dalam-Meningkatkan-mutu-Kualitas-Pengajaran-Guru-dan-Pendidikan-Indonesia

Benarkah bahwa pendidikan menjadi faktor penting sebuah kehidupan yang lebih layak? Saya rasa saat ini pendidikan belumlah menjawab tantangan itu sepenuhnya. Pendidikan belum menjadi salah satu yang bisa diandalkan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Mengapa bisa begitu? Saya akan sedikit bercerita.

Tahun 2006 saya lulus SMA. Karena masalah keluarga, saya membatalkan untuk melanjutkan kuliah. Perjalanan pendidikan saya termasuk mulus. Nilai di rapor pun bisa dibilang cukup membanggakan. Namun, tahukah kalian bahwa waktu itu saya kesulitan untuk menemukan pekerjaan? Sebelum akhirnya kuliah di tahun 2007, jadilah saya menyandang gelar Pengangguran Terbukaseseorang yang sebenarnya punya kualifikasi untuk bekerja, ingin bekerja, tapi tak juga mendapatkan pekerjaanselama satu tahun. 

Saya adalah lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Walau kuliah dengan setengah hati, IPK saya termasuk dengan pujian. Sebagai lulusan sarjana Bahasa harusnya saya sadar bahwa saya mempunyai banyak peluang untuk menebalkan dompet melalui tulisan atau produk bahasa lainnya kan? Nyatanya TIDAK!

Setelah lulus dan bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di salah satu SMK negeri favorit di Kota Semarang, saya ya lempeng-lempeng saja. Sama sekali tidak tertarik dengan peluang-peluang lain yang bisa saya dapatkan dengan bekal ilmu yang saya punya. Namun, semua itu berubah ketika saya akhirnya resign.

Sebelum akhirnya menjadi buruh negara tahun 2015-2018, saya menjadi ibu penuh waktu di rumah. Pada kondisi sarat "himpitan" itu, saya justru baru sadar bahwa banyak sekali peluang yang sebenarnya terbuka. Menulis menjadi profesi yang cukup menjanjikan secara finansial. Baru akhirnya saya bersyukur pernah masuk jurusan ini. Sebelumnya, selama bertahun-tahun saya merasa salah masuk jurusan kuliah.😅

mencetak-lulusan-siap-kerja
Ketika Ijazah Bukan Kertas Sakti
Teman-teman saya, Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, banyak yang akhirnya di rumah saat ini. Mereka sebenarnya ingin bekerja, mempunyai pendidikan yang bagus, IPK pun tak memalukan. Sayangnya, mereka tidak juga menemukan pekerjaan. Jadilah mereka penyandang Pengangguran Terbuka. Padahal jika mau membuka mata, apa yang mereka pelajari dulu di bangku kuliah cukup menjanjikan kalau hanya untuk mengebulkan dapur.

Pendidikan hanya mengajarkan berbagai teori yang sangat minim praktik. Pada akhirnya, banyak sarjana Bahasa Indonesia yang tak gemar berekspresi dengan bahasa, banyak sarjana IPA yang tak suka melakukan percobaan, juga banyak sarjana Bahasa Inggris yang tak fasih berbahasa Inggris. Saya sampai mempertanyakan benarkah sekolah itu penting? Untuk apa sebenarnya menempuh pendidikan setinggi-tingginya jika pada akhirnya setiap lulusan bingung mau apa setelah mereka tidak lagi sekolah? Alih-alih mempunyai skill atau keterampilan hidup, mereka hanya punya modal kertas berisi deretan nilai yang tidak selalu laku.

Ini yang menjadi PR besar dunia pendidikan. Seharusnya pendidikan menjadi solusi bagi pemecahan masalah. Guru bukan hanya mengajarkan teori, melainkan membawa pengalaman nyata kepada siswa. Proses belajar yang terbaik seharusnya bermula dari konteks "penyajian masalah" yang sesuai dengan kenyataan di dunia kerja—relevan dan kontekstual dengan kehidupan setelah siswa lulus dari bangku sekolah. 

Siswa seharusnya bukan hanya diajar menghafal dan menjawab soal, tetapi bagaimana mengatasi masalah. Kemampuan memecahkan masalah ini membutuhkan kemampuan berpikir secara komprehensif. Kemampuan berpikir semacam ini tidak hadir serta merta. Di sinilah peran penting guru sebagai pendidik, membiasakan para siswa untuk mau berpikir secara menyeluruh, berawal dari masalah dan berakhir di solusi.

Taksonomi-Bloom

Bloom membagi tingkat berpikir menjadi beberapa tingkat yang lebih dikenal dengan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom ini kemudian direvisi oleh Anderson dan Krathwohl. Ranah kognitif terendah adalah mengingat (remembering), kemudian memahami (understanding), lalu mengaplikasikan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan tingkatan tertinggi adalah mencipta (creating). Umumnya, pendidikan di Indonesia hanya mengajak siswa berpikir sampai ranah mengingat dan memahami, paling tinggi di mengaplikasi. Jarang sekali ditemui siswa diajak berpikir sampai pada ranah penciptaan.

Nah, inilah masalahnya. Mengapa banyak lulusan sekolah dan perguruan tinggi yang akhirnya kebingungan mau apa setelah lulus? Karena mereka tidak terbiasa diajak berpikir secara komprehensif. Sekolah-sekolah di Indonesia belum mampu memberikan pendidikan yang bermakna. Produk pendidikan hanyalah sebatas kertas yang dibubuhi kata “LULUS”. Jika setiap siswa dibekali cara berpikir komprehensif, mereka tidak hanya bisa menyelesaikan soal ujian. Namun, mereka juga mampu menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan berdasarkan ilmu-ilmu yang sudah mereka pelajari sebelumnya.

Pendidikan Bermakna Agar Setelah Lulus Tak Gulana

Belajar dari pengalaman-pengalaman di atas, saya berpikir bahwa saya harus menyadarkan para siswa mengenai apa yang bisa mereka lakukan dengan ilmu-ilmu yang mereka dapatkan. Saya ingin mereka paham bahwa sebenarnya apa yang mereka pelajari di sekolah pasti ada gunanya di masa depan, hanya saja kadang datang terlambat seperti yang saya alami. Nah, saya tidak ingin mereka menjadi saya di kemudian hari.

Oleh karena itu, saya berpikir keras bagaimana caranya menghubungkan apa yang harus dipelajari di kurikulum dengan konteks kehidupan yang benar ada di lingkungan siswa. Belajar adalah suatu proses untuk mengumpulkan modal atau berinvestasi menghadapi kehidupan pascapendidikan. Sekolah harusnya memberi senjata yang dapat digunakan siswa setelah mereka lulus. Jangan sampai, setelah lulus sekolah mereka justru bingung harus berbuat apa. Pembelajaran yang mampu menjadi modal anak untuk kehidupan mendatang adalah pembelajaran yang bermakna. Saya harus menghadirkan pembelajaran yang bermakna jika ingin siswa saya senang, paham, dan tahu apa manfaat mereka memperlajari materi yang saya berikan.

Salah satu syarat agar pembelajaran bermakna yang diinginkan tercapai adalah guru harus menguasai Pedagogical Content Knowledge (PCK). Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Shulman pada tahun 1986. Pedagogical Content Knowledge (PCK) adalah perpaduan antara Pedagogical Knowledge dan Content Knowledge. Pedagogical Knowledge berkaitan dengan kemampuan pedagogis atau pengetahuan mengajar, sementara Content Knowledge berkaitan dengan pengetahuan terhadap materi yang diajarkan.

Pedagogical Content Knowledge (PCK) menuntut guru memiliki kecakapan mengajar dan penguasaan materi yang baik. Untuk dapat mengaplikasikan Pedagogical Content Knowledge tentu saja guru harus kreatif dan inovatif. Guru harus mau senantiasa belajar dan membuka diri terhadap berbagai hal baru. Guru harus tanggap dan peka terhadap perubahan zaman.

PCK menuntut guru untuk mampu memberi pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dengan apa yang sedang dan akan terjadi. Siswa tidak hanya diajak berpikir pada taraf mengingat, memahami, dan mengaplikasikan, tetapi siswa juga diajak untuk menganalisis, mengevaluasi, bahkan menciptakan sesuatu. 

Akhirnya, hasil belajar bukan semata deretan angka di rapor, tetapi kecakapan berpikir—kemampuan memecahkan masalah. Hasil belajar ini diharapkan menjadi modal untuk menghadapi berbagai hal setelah mereka lulus dari sekolah. Pendidikan harus mampu menyiapkan generasi yang berdaya saing. Hal ini tentu saja sesuai dengan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Menjadi Guru Inovatif

Seorang guru harus inovatif dan kreatif. Tugas guru bukan sekadar mengajar untuk menjadikan siswa mendapat nilai sempurna ketika ujian. Tugas guru itu berat, menyiapkan generasi penerus bangsa agar menjadi SDM unggul dan berdaya saing. Tantangan guru bukan sekadar bagaimana siswa mendapat nilai, melainkan bagaimana mereja mampu bersaing di pasar global nantinya. Bagaimana generasi muda disiapkan untuk menghadapi berbagai ujian hidup yang justru akan terasa setelah mereka lepas sekolah.

Seorang guru harus kreatif. Beban kurikulum bukan hanya berhenti pada anak mencapai standar kelulusan (SKL) yang ditetapkan. Namun, bagaimana seharusnya guru melihat berbagai kemungkinan kebermanfaatan setiap materi yang dipelajari untuk kehidupan para siswa kelak. Guru harus mampu membaca pengalaman siswa lalu menghubungkannya dengan materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus melakukan berbagai inovasi dalam merancang pembelajaran sehingga tujuan kurikulum tercapai, terjadi proses pembelajaran yang bermakna, dan siswa antusias terhadap pembelajaran.

guru-kreatif-dan-inovatif
Pembelajaran Harus Menghadirkan Pengalaman Nyata

Menjadi guru inovatif tidak serta merta dapat dikuasai. Ada banyak hal yang harus dilakukan guru untuk menjadi seseorang yang memiliki inovasi. Berikut adalah tips untuk menjadi guru inovatif.

1. Buka Mata, Hati, Telinga

Seorang guru yang baik adalah guru yang senantiasa menggunakan mata, hati, dan telinganya. Ia peka dengan situasi dan kondisi yang terjadi. Apa kekuatan yang dimiliki untuk bisa memaksimalkan  proses pembelajaran? Apa kesulitan dan masalah yang mungkin terjadi? Bagaimana cara mengatasinya?

Guru yang baik akan membuka mata terhadap apa yang sedang terjadi. Mereka menggunakan hatinya untuk selalu memberikan usaha maksimal. Mereka akan mendengar keluh-kesah siswa, orang tua, masyarakat, juga pemerintah terhadap sistem pendidikan yang ada. Guru yang mau membuka mata, hati, dan telinga ini adalah guru yang tidak akan tinggal diam terhadap berbagai masalah pendidikan. Mereka menjadi lebih peka terhadap masalah. Hal ini yang memacu guru melakukan berbagai inovasi.

2. Gemar Berdiskusi

Proses pembelajaran sebenarnya berangkat dari masalah. Masalah apa yang mau diselesaikan? Kekurangan apa yang mau diperbaiki? Nah, guru yang baik tentu saja menyadari bahwa tidak semua masalah dapat diatasi seorang diri. Ia harus terbuka untuk menyampaikan keluh-kesahnya dan menerima masukan dari orang lain.

Masukan itu beragam datangnya. Masukan dapat datang dari atasan, teman sejawat, bahkan siswa. Informasi-informasi yang didapatkan ini dapat digunakan menjadi pijakan memutuskan segala hal berkaitan dengan pembelajaran.

3. Senang Belajar

Waktu terus berjalan. Dunia selalu berkembang. Ilmu pun dinamis. Oleh karena itu, agar dapat melakukan berbagai inovasi guru harus harus terbuka untuk mempelajari berbagai hal. Setahun yang lalu, siswa saya mulai menggandrungi Tiktok. Akhirnya, saya meng-instal dan mempelajari bagaimana cara kerja aplikasi ini. Ternyata aplikasi ini cukup bagus untuk mengajarkan materi Bahasa Indonesia, misalnya dalam pembelajaran materi Teks Prosedur.

Pandemi Covid juga membawa pembaruan dalam dunia pendidikan. Saat ini pendidikan jarak jauh bukan hal asing lagi. Jika dulu PJJ hanya digunakan dalam kelas-kelas nonformal, sekarang banyak juga instansi pemerintahan maupun swasta yang mengadakan pelatihan secara daring. Tentu saja kondisi ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas guru. Selain mengajar, guru wajib belajar agar bisa mengajar dengan baik. Salah satu tempat belajar untuk guru yang bagus adalah Hafecs dengan GuruInovatif.id-nya.

Guru Belajar Mengajar di GuruInovatif.id

Saya sudah mengenal Hafecs cukup lama. Namun, saya baru memperhatikan Hafecs belakangan ini. Dan saya menyesal mengapa tidak dari dulu!

Berawal dari beberapa postingan di Instagram Hafecs, saya menuju chanel Youtube-nya. Sungguh, saya kecewa kenapa tidak dari dulu saya bertandang ke chanelnya.  Ilmu-ilmu yang dibagikan di sana sangat bergizi untuk para guru. Tiap malam saya sampai begadang untuk mengatamkan video yang ada di sana.

Nah, dari sana akhirnya saya tahu bahwa Hafecs memiliki tempat belajar guru yang bisa diakses secara online, yaitu GuruInovatif.id. Akhirnya saya berselancar di laman itu. Ternyata banyak sekali program Pelatihan Guru dan Sertifikasi yang ditawarkan. Kerennya, tidak semua kelas yang ditawarkan berbayar, banyak juga yang bisa diikuti secara GRATIS.

Awalnya, saya mengira bahwa Hafecs sama seperti kebanyakan lembaga lainnya yang hanya semata mengejar profit. Ternyata lembaga yang memiliki kepanjangan Highly Functioning Education Consulting Services ini benar-benar membuktikan bahwa mereka adalah partner yang tepat untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia. Tujuan mereka bukan sekadar materi, tetapi peningkatan mutu pendidikan.

Mengapa Guru Harus Belajar di GuruInovatif.id?

Jika kalian adalah seorang guru yang haus dengan pengetahuan baru dan ingin meningkatkan kemampuan mengajar, kalian wajib mencoba kelas yang diadakan Hefecs di GuruInovatif.id. Ada beberapa alasan mengapa kalian harus ikut merasakan belajar di sini.

1. Terjangkau

Siapa yang suka GRATISAAAN? Tenang, saya juga begitu. Selama ini saya selalu mengarah diklat yang diadakan Kementerian atau Instansi Pemerintah karena gratis. Di GuruInovatif.id juga banyak tersedia beberapa kelas gratis. Jangan khawatir, walaupun gratis bukan berarti ilmu yang diberikan hanya secuil seperti trial class-nya kelas-kelas online berbayar.

Bagaimana untuk kelas berbayarnya? Kalau harga normalnya sih cukup lumayan ya. Saya sih enggak tahu sampai kapan, tapi saat ini banyak promo menarik yang diberikan. Ada diskon gila-gilaan dari harga kelas Rp500.000 menjadi hanya Rp65.000 bahkan ada yang hanya Rp25.000.

Kalau berdasarkan pengalaman saya menyimak video yang ada di chanel Youtube dan mencoba kelas versi gratisnya, saya rasa enggak ada ruginya mencoba kelas yang berbayar. Cucoklah kalau saya bilang. Enggak rugi.

2. Mudah Diakses

Untuk belajar bersama GuruInovatif.id sangatlah mudah. Kalian cukup klik Login/ Daftar untuk membuat akun. Lengkapi isian yang ada di formulir. Untuk membuat akun, kalian sama sekali tidak dikenakan biaya kok. Setelah berhasil mendaftar, silakan login. Melalui dashboard kalian bisa memilih berbagai kursus atau pelatihan yang tersedia.

Tampilan Dashboard GuruInovatif.Id

3. Fleksibel

Kelebihan GuruInovatif.id sebagai tempat belajar jarak jauh adalah bisa diakses kapan saja dan di mana saja. Bisa menggunakan laptop, bisa pula menggunakan ponsel. Jadi, tidak khawatir harus menyediakan waktu khusus untuk belajar. Tidak usah takut akan mengganggu pekerjaan utama yang ada di sekolah maupun pekerjaan rumah tangga. Saya biasanya mengaksesnya ketika menjelang tidur, ketika semua tanggungan pekerjaan selesai.

4. Ilmu yang Bergizi

Materi yang ada di GuruInovatif.id adalah materi yang tidak hanya teoretis, tetapi juga bersifat pragmatis. Pengetahuan yang diberikan relevan dan kontekstual dengan kondisi pendidikan saat ini. Beberapa hal berkaitan dengan kurikulum diperjelas dengan baik oleh GuruInovatif.id. Sangat membantu sih buat para guru.

5. Trainer Berkompeten

Narasumber untuk Pelatihan dan Sertifikasi Guru yang ada di GuruInovatif.id adalah trainer-trainer profesional dan tersertifikasi internasional. Rata-rata mereka sudah bergelut di bidang pendidikan lebih dari 10 tahun. Makanya, enggak heran kalau pemaparan materi yang mereka lakukan cukup mudah untuk dimengerti.

6. Sertifikat dengan JP

Bagi guru PNS, upaya pengembangan diri bukan sekadar meningkatkan kompetensi tetapi juga prasyarat untuk naik pangkat dan jabatan. Mengikuti Pelatihan dan Sertifikasi Guru yang diadakan GuruInovatif.id ibarat sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Kompetensi bertambah, kesempatan naik pangkat dan golongan pun terbuka lebar.

7. Interaktif

Impian Hafecs adalah mendorong percepatan transformasi pendidikan di Indonesia melalui guru. Mengapa guru? Karena guru adalah pelaku utama dalam pendidikan. Perannya sangat vital. Menyadari hal tersebut, training yang diberikan bukan sekadar training satu arah. Kelas-kelas yang diadakan dirancang sedemikian rupa agar peserta dan trainer dapat berinteraksi. 

Peran GuruInovatif.id dalam Meningkatkan Mutu Kualitas Pengajaran Guru dan Pendidikan Indonesia

kualitas-guru-Indonesia
Kualitas Guru di Indonesia

United Nations Development Programme (UNDP) 2016 menyatakan bahwa Angka indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia hanya meraih 0,689 dan berada di peringkat ke-113 dari 188 negara. Sementara itu, menurut UNESCO dalam Global Education Monitoring (GEM) Report 2016,  pendidikan di Indonesia menempati peringkat ke-10 dari 14 negara berkembang. Lebih lanjut, komponen guru menempati urutan ke-14 dari 14 negara berkembang di dunia. Parah banget, kan?

Berdasarkan data Ringkasan Statistik Pendidikan Indonesia 2018/2019 yang dikeluarkan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan diketahui bahwa dari 2.736.010 jumlah guru yang ada, masih ada 304.028 guru yang tidak memiliki ijazah minimal S1. Hal ini menunjukan masih ada beberapa guru yang belum layak secara kualifikasi pendidikan untuk menjadi guru. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 9 mengamanatkan setiap guru wajib memperoleh kualifikasi akademik minimal S1/D4. Ini baru soal kualifikasi pendidikan. Padahal seorang guru profesional harus memiliki standar kualifikasi, standar kompetensi, dan sertifikasi.

Dilansir dari laman itjen.kemdikbud.go.id, rata-rata hasil UKG pada tahun 2015 yang diperoleh hanyalah 53,02. Rata-rata ini masih jauh dari kompetensi minimal yang diharapkan yakni 55,0. Hal ini seharusnya menjadi cermin bagi para guru untuk senantiasa meningkatkan kompetensi yang dimilliki. Bagaimana para guru akan mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan global jika kompetensi yang dimiliki masih di bawah kompetensi minimal yang dipersyaratkan.

Guru harus berupaya mengembangkan diri. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menambah kemampuan, seperti diskusi MGMP, seminar, diklat, maupun pelatihan. Setidaknya, setiap tahun guru harus melakukan satu kali pengembangan diri dalam kariernya. Hal ini sangat penting. Selain untuk me-refresh ilmu yang sudah dimiliki, guru juga harus terbuka terhadap ilmu-ilmu baru.

Hafecs menyadari kondisi ini. Hafecs paham bahwa harus ada tempat yang bisa dituju para guru untuk mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, upaya Hafecs menghadirkan GuruInovatif,Id perlu diacungi jempol.

GuruInovatif.Id adalah tempat belajar “mengajar”-nya para guru. Mengajar adalah hal yang kompleks. Berbagai teori memang didapat para guru di kampur-kampus fakultas keguruan. Namun, dunia pendidikan senantiasa berkembang, ilmu melaju tanpa henti. Sementara itu, ilmu adalah bahan baku pembelajaran. Untuk mengajar dengan baik, guru pun harus senantiasa belajar. Guru yang berhenti belajar sebaiknya juga berhenti mengajar.

Apabila semua guru mau mengembangkan diri untuk meningkatkan kompetensinya, maka pendidikan di Indonesia tentu akan lebih baik. Pendidikan bukan sekadar mencetak lulusan yang memegang kertas bertulis “IJAZAH”, tetapi lulusan yang siap menghadapi tantangan global. Pendidikan akan menyediakan sumber daya manusia unggul yang siap menciptakan peluang kerja, bukan sekadar melamar kerja. Pendidikan bukan sekadar mentrasfer pengetahuan, tetapi juga meningkatkan skill dan keterampilan.

Penutup

Pada akhirnya, kualitas pendidikan ada di tangan guru. Guru menjadi penentu utama bagaimana proses pembelajaran terjadi. Guru adalah ujung tombak pendidikan di Indonesia. Jika ingin meningkatkan kualitas pendidikan, maka tingkatkanlah kualitas guru. 

quote-pendidikan-anies

Salam, 
Susana-Devi

Sumber Rujukan:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Laporan Pemantauan Pendidikan Global (GEM) 2016
3. Ringkasan Statistik Pendidikan Indonesia
4. Berita Resmi Statistik 5 Mei 2020
5. Website dan Media Sosial Hafecs
6. https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/mutu-guru-harus-terus-ditingkatkan
7. https://mediaindonesia.com/read/detail/200182-mengkritisi-kualitas-guru

#Hafecs #Guruinovatif #GuruBelajarBersamaGuruInovatif #GuruBelajarBersamaHafecs

*Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog GuruInovatif.Id*

lomba-blog-guru-inovatifid
Susana Devi Anggasari
Susana Devi Anggasari Hai, saya Susana Devi. Mamak dari Duo Mahajeng, Mahajeng Kirana dan Mahajeng Kanaya. Untuk menjalin kerja sama, silakan hubungi saya.