Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Institut Ibu Profesional: Sekolahnya Para Ibu

institut-ibu-profesional

Institut Ibu Profesional: Sekolahnya Para Ibu‒Tulisan ini adalah pengingat betapa saya pernah jahiliyah. 😅

Siapa Bilang Menjadi Ibu Itu Mudah?

Saya enggak pernah menyangka kalau ternyata menjadi ibu itu tidak MUDAH. Yups! Benar-benar tidak mudah.

Awalnya, saya kira semua wanita secara kodrati akan mampu menjadi ibu yang baik. Nyatanya, tidak! Jujur … awal menjadi ibu, banyak ketimpangan yang saya rasakan. Banyak hal yang pada akhirnya menampar saya bolak-balik.

“Hei, Nona! Apa saja yang selama ini kaupelajari?”

Tak ada satupun ilmu yang diajarkan di sekolah yang menunjang keterampilan saya menjadi seorang ibu. Saya hanya meraba-raba, trial & eror, untuk menjadi ibu. Buat anak kok coba-coba!

Bagaimana rasanya? Menyedihkan. Tak jarang saya merasa seperti menanggung beban berat. Tidak mengerti harus bagaimana. Seorang ibu baru yang tinggal jauh dari orang tua. Kacau.

Untungnya,saya hidup di zaman Paman Google sudah dapat menjawab berbagai pertanyaan. Satu per satu terurai. Satu per satu menemukan pemecahan.

Hanya dengan berselancar di dunia maya, akhirnya saya bertemu dengan beberapa kawan. Pernah merasa terkagum-kagum dengan cara Allah mengabulkan doamu?

Di usia kehamilan yang memasuki usia 7 bulan, saya memutuskan untuk tidak lagi bekerja. Saya mempunyai trauma masa lalu terrhadap wanita karier. Sebuah dendam masa kecil.

Tempat bekerja ada di pusat Kota Semarang, semetara tempat tinggal saya ada di puncak gunung yang jarak tempuhnya memakan waktu satu jam sendiri. Ah! Rasanya jika saya terus bekerja anak-anak bisa saja tak mengenal ibunya, begitu pikir saya waktu itu.

Menjalani hari-hari serba monoton membuat hari-hari saya tak lagi berwarna. Rasanya, setiap hari warnanya sama. Hampir setiap hari saya berdoa agar Allah memberi jalan agar menjadi lebih baik.

Dan, sungguh Maha Besar Allah dengan segala ketetapannya. Saya melihat begitu banyak dunia. Allah mempertemukan dengan beberapa orang yang sedikit banyak memengaruhi pola pikir. Semua dapat mudah didapatkan walau saya hanya di rumah. Ya! Semenjak menikah, saya hanya akan pergi jika suami mengajak pergi. Tolong jangan kasihani saya! :)

Bertemu Orang Kiriman Allah

Dari beberapa kawan yang saya kenal di dunia maya, saya kembali menemukan passion menulis. Dari mereka, saya mulai membuka diri untuk kembali belajar menuangkan segala resah dan gelisah pada deretan kata. Kau tahu? Menulis membuat saya semakin waras.

Beberapa kawan menjadi role model bagaimana menjadi ibu. Saya belajar banyak hal tentang bagaimana mengasuh anak padanya. Hingga suatu ketika dia men-share kabar akan dibukanya Matrikulasi Institut Ibu Profesional.  Saya sebenarnya buta sama hal ini. Benar-benar tak paham, tapi entah mengapa saya begitu tertarik. Ya! Saya hanya berpikir saya butuh didikan menjadi ibu.


Jatuh Cinta Pada Matrikulasi

Sungguh di luar ekspetasi saya bahwa peminat peserta matrikulasi sangat membludak. Rumah saya yang jauh di atas gunung membuat saya tak bisa segera menrasfer uang pendaftaran. Lagi-lagi, pertolongan Allah bekerja. Sahabat dunia maya dengan suka cita membayarkan uang pendaftarannya terlebih dahulu. Jika tidak, tak mungkin sekarang saya bisa menjadi salah satu peserta Matrikulasi IIP #Batch6.

Sebelum kelas matrikulasi, peserta mendapat kelas foundation.Saya rasa kelas ini adalah kelas persiapan. Di kelas ini, saya masih belum bisa mengikuti. Alasannya, jadwal ng-online yang belum pas. Harus ada beberapa penyesuaian agar semua berjalan seimbang. Namun, sebisa mungkin setiap malam saya merapel chat yang kadang sudah ratusan. Kau tahu? Tak ada kata menyesal menghabiskna waktu berjam-jam membaca rapelan chat di WAG satu ini.  Semenjak itu saya jatuh cinta pada IIP.

IIP membawa energi positif. saya merasakan semangat menjadi lebih baik dan ingin selalu belajar ketika berada di tengah-tengah kawan-kawan IIP. Belum lagi, rasa persaudaraan yang timbul sekali pun belum pernah bertemu secara langsung. Tak jarang kawan-kawan membantu kesulitan peserta lain. Pondasi dasar mau berbagi dan melayani menjadi daya tarik tersendiri. Ah, saya rasa saya ingin tumbuh dan berkembang di sini.

Semoga dengan mengikuti kelas matrikulasi, saya benar-benar ditempa menjadi ibu yang lebih baik, ibu profesional.  Sungguh, ibu adalah pondasi keluarga. Jika ia tak kokoh, bagaimana keluarganya kan berdiri tegak? Mari kita sama-sama belajar mengokohkan diri!


Susana Devi Anggasari
Susana Devi Anggasari Hai, saya Susana Devi. Mamak dari Duo Mahajeng, Mahajeng Kirana dan Mahajeng Kanaya. Untuk menjalin kerja sama, silakan hubungi saya.