Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Wanita Harus Bisa Memasak?

Apakah Wanita Harus Bisa Memasak?

Apakah wanita harus bisa memasak?

Jawaban saya: IYA!

Salah satu hal yang saya sesali adalah saya tidak belajar memasak dari kecil. Makanya nanti, kalau Kirana dan Kanaya sudah cukup aman saya ajak ke dapur, minimal seminggu sekali saya ingin mengajak mereka memasak bersama.

Saya termasuk terlambat belajar memasak. Pertama kali belajar memasak adalah ketika saya dulu menjadi Guru SM3T di Ende, Nusa Tenggara Timur. Sewaktu di rumah, saya tidak pernah menginjak dapur. Saya selalu bilang pada ibu saya mau membantu apapun pekerjaan Dhe Rom, kecuali satu: memasak. Ibu yang jarang di rumah pun tak bisa memaksa banyak. Selama di kost, ngapain masak kalau banyak yang jualan makanan? Iya, kan?

Nah! Ketika harus mengabdi di Detubelo ini saya baru nyaho! Duit buat beli makanan mah banyakπŸ˜…, tapi apa gunanya kalau enggak ada yang jualan?

Emang enggak ada warung? Ada sih, tapi di daerah perbatasan yang sudah masuk kabupaten tetangga. Beli makanan di sana mah sama saja bohong. Sampai rumah laper lagi.πŸ˜†

Alhasil, saya akhirnya meramu makanan sendiri, Gaes! Tiap mau masak, kalau enggak browsing resep ya nelpon Ibu buat tanya gimana cara masak. Makan bukan lagi perkara lezat atau tidak, tapi lapar atau tidak. 😁

Ketika sampai di rumah, saya kembali tidak belajar memasak lagi dong. Banyak yang jualan ini. πŸ˜†Nah, setelah menikah barulah saya kembali belajar memasak. Suami menjadi salah satu mentor memasak saya. Ternyata, saya hanya bisa memasak oseng-oseng saja. 

Memasak adalah Penyambung Hati

Masakan bukan sekadar urusan perut saja. Memasak adalah penyambung hati. Apa yang terlintas ketika ingin memberikan kejutan pada suami? Pasti memasak makanan kesukaannya? Apa yang dilakukan ketika anak enggak doyan makan? Pasti berusaha mencari resep makanan yang sekiranya disukai anak-anak.

Makanan terenak bagi seorang anak adalah makanan yang setiap hari ia makan ketika kecil. Masakan terenak di lidah saya adalah masakan Mae, nenek saya. Mengapa bukan ibu saya? Karena saya lebih sering makanan Mae dibanding Ibu. Setiap lama tak berkunjung, saya selalu merindukan masakan Mae. Bahkan, kadang saya meminta Mae untuk membuatkan makanan untuk dikirim. Bukan karena makanan itu tidak ada yang jual atau saya tidak bisa memasaknya. Namun, karena saya rindu "cinta" dalam masakan Mae.

Saya pun ingin suatu saat nanti anak-anak selalu rindu masakan saya. Oleh karena itu, sesibuk apa saya berusaha menyiapkan makanan untuk anak-anak. Saat Kirana dan Kanaya berkata masakan ibu enak bagi saya melebihi kebahagiaan dapat proyek ratusan juta. 😁

Memasak Pembuka Rezeki

Ketika saya menjadi ibu rumah tangga penuh waktu, saya pernah membuat berbagai jajanan yang kemudian saya titipkan di kantin sekolah. Hasilnya lumayan. Padahal waktu itu saya belum jago-jago amat memasak. Tiap kali mencoba menu baru, saya pasti akan nyari resep di Google dan lihat cara masaknya di Youtube. 

Kegiatan itu saya jalani satu semester. Berhenti karena saya akhirnya harus bekerja lagi. Nah, dari jualan jajanan sekolah itu, saya merasa bahwa kalau pinter memasak tuh gampang banget cari duit. Apalagi zaman sekarang. Tinggal masak yang enak, difoto yang bagus, posting deh! Enggak perlu pakai seragam, enggak perlu ke luar rumah, dompet udah tebel saja. πŸ˜‚

Laba dari jual makanan tuh lumayan banget loh. Dulu, dengan modal Rp30-50ribu saja sudah bisa mendapat uang Rp100ribuan bahkan lebih. 

Penutup

Jadi, kalau saja saya diajak Doraemon mengulang waktu ke masa saya masih remaja, saya akan belajar memasak. Kuliah pun saya akan mengambil jurusan Pendidikan Tata Boga. Profesinya apa kelak? Jadi Guru PNS Tata Boga sekaligus punya Bakery terenak dan terpopuler di Boja. πŸ˜‚

Salam, 
Susana Devi


Susana Devi Anggasari
Susana Devi Anggasari Hai, saya Susana Devi. Mamak dari Duo Mahajeng, Mahajeng Kirana dan Mahajeng Kanaya. Untuk menjalin kerja sama, silakan hubungi saya.